Pengaruh Karakteristik Lapisan Tanah terhadap Pola Pemukiman dan Mata Pencaharian di Jakenan, Pati, Jawa Tengah

Pengaruh Karakteristik Lapisan Tanah terhadap Pola Pemukiman dan Mata Pencaharian di Jakenan, Pati, Jawa Tengah

Oleh: Ciko Putra Mahendra
Tema penelitian ini membahas hubungan antara jenis lapisan tanah dengan perkembangan pemukiman dan jenis mata pencaharian
 Ds.puluhan tengah Dk.jakenan, jakenan,Pati,Jawa Tengah
masyarakat di Jakenan, Pati, Jawa Tengah. Berikut adalah penjabaran berdasarkan informasi yang tersedia:


Karakteristik Lapisan Tanah di Jakenan

-Jenis Tanah Tanah aluvial yang terbentuk dari sedimentasi dan pelapukan batuan.

    Lapisan Tanah

  - Tidak memiliki lapisan organik (O) dan topsoil (A).

  - Sebagian besar terdiri dari lapisan subsoil (B) yang kurang subur dan padat, serta lapisan regolith (C) yang berasal dari batuan lapuk.

  - Warna tanah kuning kecoklatan, padat saat kemarau, licin saat hujan, tidak berpori, dan cepat jenuh air.

    Kondisi Pertanian

  - Musim hujan: Budidaya padi dua kali setahun (MT1 dan MT2).

  - Musim kemarau: Budidaya kacang dan tembakau.

  - Tantangan: Rentan banjir saat hujan (padi terendam, roboh, dan diserang hama wereng) serta kelangkaan air saat kemarau.


  Hubungan Tanah dengan Pemukiman

-Pola Pemukiman

  - Dipengaruhi oleh akses jalan, transportasi, ikatan keluarga, dan ketersediaan lahan sawah.

  - Desa Tambahmulyo menjadi pusat perkembangan dengan wilayah luas, banyak sawah, dan usaha baru.

    Perkembangan Infrastruktur

  - Pembangunan rumah sakit Bhayangkara di Tambahmulyo yang akan terkoneksi dengan kecamatan Winong dan Jaken.

    Harga Tanah

  - Harga tanah meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir, dari Rp900 ribu menjadi Rp1,6 juta per meter persegi.


  Mata Pencaharian Masyarakat

  -Petani Lokal

  - Orang tua bekerja sebagai petani dengan memanfaatkan lahan sawah di sekitar sungai Sampang.

  - Produktivitas sawah tergantung musim: dua hingga tiga kali panen saat kemarau tetapi tidak bisa ditanam saat musim hujan karena banjir.

   Generasi Muda

  - Banyak anak muda merantau ke Jepang atau Korea untuk bekerja. Setelah pulang membawa modal untuk membuka usaha seperti peternakan atau penyewaan alat berat.


   Gaya Hidup dan Ekonomi

  -Transportasi

  - Mayoritas menggunakan sepeda motor; anak-anak sekolah juga mengandalkan sepeda motor karena tidak ada transportasi umum seperti bus.

     Konsumsi

  - Sarapan sering dibeli di warung; masakan rumah lebih banyak disiapkan untuk makan siang dan malam.

     Belanja Kebutuhan Pokok

  - Sembako dibeli dari bakul tereng yang kulakan di pasar Glonggong, Batur, atau Jakenan.

    Gaya Hidup

  - Pola konsumsi sederhana di rumah tetapi cenderung mewah saat makan di luar. Kepemilikan barang seperti sepeda motor baru, mobil pribadi, perhiasan, dan pakaian baru menjadi prioritas.

 Mitigasi Bencana

- Lokasi seperti Glonggong dan Tondomulyo rentan banjir akibat luapan sungai Silugonggo dan waduk Wilalung. Selain itu, daerah Pucakwangi sering terkena banjir bandang meskipun tidak terjadi hujan lokal.


Kesimpulan

Jenis lapisan tanah aluvial yang kurang subur memengaruhi pola pertanian masyarakat Jakenan. Ketergantungan pada musim hujan untuk padi serta musim kemarau untuk tanaman lain menunjukkan keterbatasan produktivitas akibat kondisi tanah. Di sisi lain, perkembangan pemukiman dipengaruhi oleh aksesibilitas serta potensi ekonomi lokal. Generasi muda yang merantau juga membawa dampak positif berupa investasi usaha baru di desa asal mereka.